Agar Dicintai Umat Islam, PA 212 Beri Satu Syarat ke Kapolri Baru

Kamis, 28/01/2021 19:15 WIB
PA 212 ajukan satu syarat ke Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo agar dicintai umat Islam (Harian Pijar)

PA 212 ajukan satu syarat ke Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo agar dicintai umat Islam (Harian Pijar)

Jakarta, law-justice.co - Terpilihnya Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjadi Kapolri oleh Presiden Joko Widodo telah menciptakan sejarah baru bagi Indonesia. Pasalnya, dia adalah Kapolri pertama yang beragama Katolik dan Kapolri kedua dari kalangan nonmuslim.

Lantas, tantangan yang dihadapinya pun disebut begitu besar, karena dia berasal dari kalangan minoritas. Untuk itu, Wakil Sekjen Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) Novel Bamukmin langsung mengajukan satu syarat agar dia tak dimusuhi oleh umat Islam.

Syarat itu adalah agar tidak mengkriminalisasi ulama. Untuk membuktikan hal itu, Jenderal Sigit harus membebaskan eks Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab dari sejumlah kasus yang menjeratnya.

“Kalau memang serius dengan komitmen ingin menghentikan kriminalisasi terhadap ulama, tentunya Kapolri yang baru dilantik saat ini bisa merealisasikan komitmennya,” kata Novel, Kamis (28/1/2021).

Walau awal sempat menolak, Novel kini mengaku tak mempermasalahkan agama Kapolri Listyo yang non muslim. Akan tetapi Novel berharap agar mantan Kapolda Banten itu membuat terobosan yang menjadi prioritas.

Yaitu dengan memprioritaskan kasus-kasus yang kini menyeret sejumlah ulama. Baginya, Kapolri saat ini harus berani membuat terobosan tepat agar bisa meraih simpati umat Islam.

“Caranya, dengan membebaskan IB HRS, Ustaz Maher, dan Gus Nur serta ulama lain saat ini mempunyai status belum SP3.”

Sebelumnya Novel Bamukmin mengaku khawatir dengan Listyo yang non muslim untuk naik mengisi posisi Kapolri. Sebab dia takut jika kalangan Islam makin tersudut dan teraniaya dengan kehadirannya.

“Bukan tidak mungkin, bisa saja Sigit kebalikan dari Kapolri yang muslim sebelumnya. Yaitu bisa menghormati dan merangkul para ulama dan umat Islam,” kata Novel.

Menurutnya, ada dilema tersendiri jika nantinya Korps Bhayangkara itu dipimpin oleh orang yang tidak mewakili agama mayoritas. Padahal saat ini, kata dia, Islam sebagai agama masyoritas di Indonesia bisa dikatakan sedang tertindas.

“Memang suatu dilema kalau sesuatu kekuasaan atau jabatan dipegang oleh orang yang tidak mewakili mayoritas,” ucap dia.

Novel kemudian membandingkan kondisi saat ini di mana Kapolri adalah seorang muslim. “Kapolri yang muslim, ulama dikriminalisasi bahkan terjadi pembantaian terhadap pejuang Islam yaitu 6 laskar yang dibantai. Dan ini menjadi kekhawatiran kami," tutupnya.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar