Covid-19 Meledak Kembali, PPKM Dinilai Tak Efektif

Minggu, 17/01/2021 20:00 WIB
Lonjakan kasus Covid-19 hari ini (Tribun)

Lonjakan kasus Covid-19 hari ini (Tribun)

Jakarta, law-justice.co - Kasus Covid-19 di Indonesia beberapa kali mencetak rekor, bahkan Sabtu (16/01/2021) penambahan kasus mencapai 14.224 orang dan menjadi yang tertinggi sepanjang pandemi ini.

Adanya Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pun dinilai tidak efektif untuk menekan kasus.

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menjelaskan, pemerintah harus belajar dari kesalahan pengendalian pandemi Covid-19 sepanjang 2020. Pasalnya, selama ini pengendalian pandemi ini menurutnya masih belum fokus dan konsisten.

"Buktinya banyak sekali contoh antara himbauan dan realisasi dalam kebijakan tidak bersinergi. Misalnya jangan bepergian tetapi ada diskon perjalanan, ini adalah bukti yang sudah berkali terlihat, kita tidak ingin klaster tapi ada pilkada dan," jelas Dicky, Minggu (17/01/2020).

Dalam situasi saat ini menurutnya yang harus dilakukan adalah pembatasan secara ketat karena kondisinya sudah kritis. Belum lagi dengan tracing, testing, dan treatment (3T) yang masih belum optimal meski saat ini kasus terus rekor.

"Gap temuan kasus minimal 40 ribu yang bisa kita temukan, kita baru bisa menemukan seperempatnya, kalau dibiarkan adalah hal yang sangat serius karena penambahan dari kasus yang tidak terdeteksi akan berpola eksponensial dan meledak," bebernya seperti dilansir CNBC Indonesia.

Dicky membeberkan Minggu ini, estimasi terendah kasus harian di Indonesia sudah naik menjadi 50.000 per hari, dan sebelumnya 40.000 per hari. Dengan penemuan kasus paling tinggi di angka 14.000, masih ada celah kelemahan deteksi kasus. Dicky juga memperingatkan hal ini bisa berbahaya karena akan menyebabkan lonjakan kasus kesakitan dan kematian.

"Adanya PPKM juga tidak efektif, karena yang vitalnya 3T tidak optimal," ujar dia.

Dalam sepekan ini, hanya pada 11 Januari saja angka kasus baru di bawah 10.000, sementara rentang 12-16 Januari kasus baru selalu di atas 10.000. Saat ini ada 5,5 juta orang yang dites, dengan positive rate 16,2%.

Dicky juga mengingatkan vaksin bukanlah penyelesaian utama dari pandemi ini, karena kedudukannya tetap tidak menggantikan 3T dan tidak akan efektif tanpa protokol kesehatan. Selain itu, meski ada vaksin masih ada potensi penularan dari orang yang terkena dan belum ada vaksin yang mampu mencegahnya.

"Vaksin bukan ujung tombak pandemi tapi vaksin adala strategi pendukung dalam pengendalian pandemi," ungkapnya.

(Tim Liputan News\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar