23 Orang Norwegia Tewas Usai Divaksin, Media AS & Inggris Raya Bungkam

Minggu, 17/01/2021 13:58 WIB
Ilustrasi Vaksin Corona. (ist).

Ilustrasi Vaksin Corona. (ist).

Jakarta, law-justice.co - Media-media besar Amerika Serikat dan Inggris tampaknya telah mencapai konsensus untuk meremehkan kematian setidaknya 23 orang di Norwegia yang menerima vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan AS Pfizer dan German BioNTech.

Badan Obat-obatan Norwegia mengatakan pada Kamis (14/1), ke-13 korban jiwa berusia di atas 80 tahun, menambahkan ada kemungkinan efek samping umum dari vaksin Pfizer / BioNTech, seperti demam dan mual, mungkin telah berkontribusi pada reaksi parah pada orang yang lemah.

Direktur medis badan tersebut, Steinar Madsen, mengatakan kepada penyiar nasional NRK bahwa selain 13 kematian, sembilan kasus efek samping yang serius dan tujuh kasus efek samping yang kurang serius juga telah dicatat.

"Dokter sekarang harus hati-hati mempertimbangkan siapa yang harus divaksinasi. Mereka yang sangat lemah dan di akhir hayat bisa divaksinasi setelah penilaian individu," katanya seperti seperti melansir jurnas.com.

Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia juga mengatakan, "Bagi mereka yang paling lemah, bahkan efek samping vaksin yang relatif ringan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius."

"Bagi mereka yang memiliki sisa masa hidup yang sangat pendek, manfaat dari vaksin ini mungkin kecil atau tidak relevan," tambahnya.

Awal pekan ini, badan tersebut telah memperingatkan bahwa untuk pasien yang sangat lemah dan pasien yang sakit parah, direkomendasikan keseimbangan antara keuntungan versus kerugian vaksinasi.

Kematian 23 orang lanjut usia di Norwegia adalah jumlah yang besar karena hanya sekitar 33.000 orang yang menerima suntikan COVID-19 di negara kecil Eropa Utara itu.

Namun, mengejutkan bahwa media berbahasa Inggris arus utama tidak segera melaporkan kejadian tersebut seolah-olah mereka telah memutuskan untuk meremehkan kematian orang Norwegia.

Dengan situasi pandemi yang sangat kritis saat ini, adalah kepentingan mendasar semua manusia untuk memiliki lebih banyak vaksin untuk memerangi COVID-19.

Namun, beberapa media Amerika dan Inggris memimpin dalam menempatkan label geopolitik pada vaksin dan ikut campur dalam sikap politik dengan sikap ilmiah terhadap mereka dalam upaya untuk mempromosikan Pfizer.

Meskipun semua vaksin COVID-19 perlu melalui lebih banyak uji sampel dan verifikasi klinis yang lebih lama sebelum diperkenalkan sepenuhnya ke pasar, waktu dan pandemi tidak menunggu dan vaksin telah dipromosikan dengan kecepatan yang jauh lebih cepat.

Emer Cooke, kepala baru European Medicines Agency, mengatakan melacak keamanan vaksin COVID-19, terutama yang mengandalkan teknologi baru seperti messenger RNA, akan menjadi salah satu tantangan terbesar setelah suntikan diluncurkan secara luas.

Norwegia memulai vaksinasi COVID-19 bulan lalu, dengan fokus pada mereka yang dianggap paling berisiko jika mereka tertular virus, termasuk orang tua.

(Ade Irmansyah\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar