Gawat! Ekonom Senior Sebut Jokowi Sembunyikan Utang Ratusan Triliun

Sabtu, 16/01/2021 08:48 WIB
Ekonom senior Didik J Rachbini seut Jokowi sembunyikan utang ratusan triliun rupiah (Biografi Tokoh).

Ekonom senior Didik J Rachbini seut Jokowi sembunyikan utang ratusan triliun rupiah (Biografi Tokoh).

Jakarta, law-justice.co - Di tengah jumlah  utang Indonesia yang terus membengkak, Ekonom senior INDEF Prof Didik Rachbini mengungkap sebuah fakta baru. Dia menyebut, pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi menyembunyikan keberadaan ratusan triliun utang negara.

Dia juga mengatakan bahwa pemerintahan yang ada saat ini sedang berjalan ugala-ugalan. Pada diskusi daring Pergerakkan Indonesia Maju (PIM) dengan tajuk ‘Outlook 2021: National Economic Outlook’, ekonom senior tersebut menilai, pemerintah di era Jokowi tak mampu mengendalikan utang.

“Pemerintah ugal-ugalan. Sejak 2019 zaman Jokowi utang itu terus bertumpuk-tumpuk, tidak pernah dikendalikan,” katanya, Jumat (15/1/2021).

Lebih jauh kata Didik, utang yang terus membengkak itu bahkan ada yang disembunyikan dan nyaris tidak dipermasalahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Padahal, jumlahnya terbilang sangat besar.

“Ini disembunyikan Rp921 triliun, tidak dibahas di DPR, tetapi yang dibahas Rp446,3 triliun SBN (Surat Berharga Negara). Sedangkan Rp475,2 triliun untuk membayar jatuh tempo,” terangnya.

“Negara ini makin otoriter, pada tahun 2021 tanpa persetujuan DPR tidak apa-apa, utang diteruskan hingga Rp1530,8 triliun. Mengubah utang tidak ada woro-woro di DPR,” sambungnya.

Berkaca pada kenyataan tersebut, Didik tak sungkan menyebut Jokowi sebagai raja utang. Bukan hanya itu, secara keseluruhan, pemerintahan yang saat ini menjabat layak juga disebut demikian.

“Jadi Jokowi ini raja utang, pemerintahan Jokowi dengan data ini adalah raja utang,” tegas Didik.

Parahnya, kata Didik, pemerintah seakan tak bisa berbuat banyak mengatasi permasalahan besar tersebut. Bahkan, menurutnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani sebenarnya memahami situasi ini, namun dia tak bisa berbuat banyak lantaran tekanan politik yang kuat.

“Menteri Keuangan Sri Mulyani ngerti, ini bukan tidak ngerti. Tapi dia tidak bisa apa-apa dengan tekanan politik. Jadi, kalau kita kritik, dia marah-marah. Salah dia,” tutupnya.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar