Eks Kepala BIN Bongkar Fakta di Balik Teori Konspirasi Corona

Rabu, 06/01/2021 18:59 WIB
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono ungkap fakta di balik teori konspirasi soal virus Corona (Ist)

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono ungkap fakta di balik teori konspirasi soal virus Corona (Ist)

Jakarta, law-justice.co - Sejak awal kemunculan virus Corona di Amerika Serikat (AS) sempat ada yang mengatakan bahwa hal tersebut hasil konspirasi Ameriak Serikat (AS). Terkait hal itu, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purnawirawan) Hendropriyono membongkar fakta di baliknya.

Menurut jenderal TNI berdarah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu, dari amatannya sebagai seorang yang mendalami ilmu intelijen, COVID-19 bukanlah hasil teori konspirasi Amerika Serikat.

Dia mengatakan, menyebarnya isu teori konspirasi Amerika yang mendunia telah memicu dampak yang sangat buruk. Kini banyak berkembang isu-isu bohong yang menyebutkan bahwa vaksin bukanlah solusi untuk menangani pandemi ini.

Bahkan di beberapa negara, isu bohong soal teori konspirasi itu telah memicu kekerasan. Berikut, pernyataan lengkap dari Jenderal TNI (purn) Hendropriyono, Rabu (6/1/2021).

Saat ini tersiar berita bahwa COVID-19 adalah bakteri bukan virus, sehingga banyak kalangan masyarakat yang terpengaruh. Bahkan, ada yang beranggapan bahwa solusi dengan vaksin adalah bohong. Ini hasil negatif dari teori konspirasi di AS yang mengglobal.

Di dunia ini, belum pernah ada `penemuan besar` bahwa covid-19 merupakan bakteri. Saat ini produsen vaksin tidak hanya berjumlah satu perusahaan saja. Mereka (pabrikan vaksin) saling bersaing satu sama lain. Jadi tidak mungkin mereka berkonspirasi.

Ada sekian lembaga ilmiah, seperti RKI (Robert Koch Institut di Jerman) dl, yang integritasnya dan kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangkal, bahwa SARS-Cov-2 (Covid-19) adalah virus.

Prof. Dr. Franz Magnis Suseno menilai informasi dan berita hoaks vaksin Covid-19 sangat berbahaya, karena membuat orang ragu dan tidak percaya dengan usaha dari pemerintahnya masing-masing dalam menanggulangi pandemi covid.

Gara-gara hoaks, masyarakat pun beropini bahwa pemerintah telah membohonginya. Akhirnya, mereka tidak waspada dan kehilangan akal budinya.

Dampaknya, orang-orang bisa bertingkah laku psikopat dengan melakukan kekerasan. Misal, di Jerman ada orang merobek masker orang lain di kereta-api. Di AS, ada seorang apoteker yang belakangan diketahui penganut teori konspirasi telah merusak 500 unit vaksin yang baru saja dikirim kepadanya.

MOHON!, kaum muda bangsa Indonesia sebagai garda terdepan. Berantaslah HOAX! yang sangat berbahaya dan meresahkan bagi masyarakat ini.

Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara dan Sekolah Tinggi Hukum Militer.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar