Respons Ketum PP Muhammadiyah soal Polemik Jemaah Aolia Gunungkidul

Jakarta, law-justice.co - Ketua Umum (Ketum) Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir ikut angkat bicara soal polemik jemaah Aolia di Gunungkidul. Haedar mengimbau masyarakat mengedepankan toleransi dan dialog.

"Di Gunungkidul dan di tempat lain juga ada yang berbeda, ya kita toleran saja terhadap perbedaan itu," kata Haedar saat diwawancarai wartawan di kantor PP Muhammadiyah, Kota Jogja, Minggu (7/4/2024).

Baca juga : Heboh `Lebaran Telepon Allah`, Komisi VIII Harap Jemaah Aolia Dibina

Haedar mengatakan, jika ada perbedaan yang terlalu jauh dari dasar ketentuan, perlu diajak dialog. Dialog bisa melibatkan tokoh setempat, pihak terkait, hingga ormas keagamaan.

"Dan kalau terlalu jauh dari dasar-dasar ketentuan ya nanti perlu diajak dialog, perlu diajak dialog," ujarnya.

Baca juga : Begini Penjelasan Mbah Benu soal `Telepon Allah` usai Bikin Heboh

"Kalau ada masalah entah itu menyangkut keagamaan, sosial, coba kedepankan dialog," lanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, jemaah Aolia di Gunungkidul sudah melaksanakan salat Idul Fitri 2024 pada Jumat (5/4) lalu.

Baca juga : Resmi, PP Muhammadiyah Umumkan Idul Fitri 1445 H pada 10 April 2024

Selanjutnya, viral imam jemaah Aolia di Gunungkidul, KH Ibnu Hajar Pranolo atau yang kerap disapa Mbah Benu, bilang `telepon Allah` terkait pelaksanaan salat Idul Fitri. Mbah Benu sudah menyampaikan klarifikasi bahwa pernyataannya itu hanya istilah perjalanan spiritualnya.