Desak Perlindungan Warga-Pengungsi Rafah, Biden Kontak Netanyahu

Jakarta, law-justice.co - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden secara resmi akhirnya berkomunikasi langsung lagi dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Sebagai informasi, dalam komunikasi yang terjadi akhir pekan lalu, melansir pernyataan Gedung Putih, Biden mengatakan kepada Netanyahu agar Israel tidak melanjutkan operasi militer ke Rafah di Gaza selatan tanpa jaminan keselamatan 1 juta warga dan pengungsi di sana.

Baca juga : 3 YouTuber Pembuat Film "Guru Tugas" Resmi jadi Tersangka

Pembicaraan itu juga fokus pada upaya mengamankan dan membebaskan sandera di kelompok milisi Hamas.

"Presiden menekankan perlunya memanfaatkan kemajuan yang dicapai dalam negosiasi untuk menjamin pembebasan semua sandera sesegera mungkin," demikian pernyataan resmi kantor Presiden AS, Gedung Putih seperti melansir cnnindonesia.com, Minggu (11/2).

Baca juga : Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja, Ini Syaratnya

Gedung Putih menyatakan komunikasi dengan Netanyahu itu dilakukan pada Minggu pagi, di mana Biden sedang menghabiskan akhir pekan di kediaman pribadinya di Wilmington, Delaware.

Disisi lain, komunikasi via telepon antara Netanyahudan Bidenitu berlangsung 45 menit.

Baca juga : Zulhas Dukung Khofifah Gandeng Emil Dardak Maju Pilgub Jatim

Dalam pembicaraan dengan Netanyahu, Biden disebut menegaskan kembali tujuan bersama untuk melihat kekalahan Hamas, dan memastikan keamanan jangka panjang Israel.

Namun, disebutkan, Biden juga menyerukan `langkah-langkah mendesak dan spesifik` untuk meningkatkan jumlah dan konsistensi pengiriman bantuan kemanusiaan kepada warga sipil Palestina yang terjebak di Gaza.

Sebelumnya, Netanyahu mempersiapkan militer dan pasukan cadangannya untuk melakukan operasi ke Rafah guna menghancurkan kekuatan tempur Hamas di wilayah itu.

Sementara itu, salah satu pimpinan senior Hamas mengatakan apapun langkah militer Israel di Rafah akan memiliki konsekuensi berat terhadap rencana pertukaran sandera.

Otoritas kesehatan di Gaza--yang dikontrol faksi Hamas--menyatakan hingga akhir pekan lalu setidaknya lebih dari 28 ribu warga Palestina terbunuh oleh serangan Israel sejak Oktober 2023 lalu. Sebanyak 70 persen korban tewas itu disebutkan adalah perempuan dan anak-anak di bawah usia 18.

Sebaliknya milisi Hamas disebut menewaskan 1.200 warga Israel dan menyandera 250 orang untuk dibawa ke Gaza.