Intitusi Polri Terancam Usai Kasus Ferdy Sambo, Kanjuruhan dan Teddy

Jakarta, law-justice.co - Tiga kasus besar mendera Polri. Kasus Duren Tiga yang melibatkan Ferdy Sambo, kasus tragedi Kanjuruhan hingga narkoba Irjen Teddy Minahasa.

Melihat kasus-kasus tersebut, Kabaharkam Polri Komjen Arief Sulistyanto angkat bicara. Kata dia, dari semua kasus itu, institusi Polri amat dirugikan.

Baca juga : Tak Lagi 17 Tahun, Ini Syarat Umur Minimal Membuat SIM Baru 2024

"Institusi yang jadi korban," kata Arief dalam arahannya ke jajaran Baharkam Polri pada Senin (17/10/2022) kemarin.

Menurut Arief, kejadian yang dialami di dalam internal kepolisian ini hendaknya menjadi pelajaran bagi seluruh anggota kepolisian.

Baca juga : Kasus Vina Cirebon, Hotman Paris Duga Ada Pengaruh Besar Oknum Aparat

"Harus menjadi introspeksi semuanya. Apakah kasus Duren Tiga dengan semua eksesnya, kejadian atau tragedi di Kanjuruhan dengan akibat akibatnya, dengan korban yang begitu besar. Kemudian terkahir yang kasus mantan Kapolda Sumatera Barat. Ini juga menjadi perhatian kita semuanya," ujar dia.

"Perhatikan apa yang terjadi. Sehingga ketika kita akan menduduki jabatan seperti itu, ingat pelajaran ini, jangan sampai terjadi, jangan sampai melakukan hal-hal yang bisa membahayakan institusi, bisa membahayakan diri kalian semuanya," tambah dia lagi.

Baca juga : UU Polri Akan Direvisi, Usia Pensiun Polisi Bisa Mencapai 65 Tahun

Arief melanjutkan, apa pun yang diterima saat ini harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dengan ikhlas dan bekerja tanpa beban.

"Kalau bekerja tanpa beban maka kita tidak akan pernah takut menghadapi apa pun. Jangan juga kita membebani bawahan, jangan juga kita memberikan beban-beban kepada anak buah kecuali beban itu tugas yang harus dilaksanakan. Itulah pentingnya kita menyadari peran dan status kita. Jangan hanya berpikir status saja. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa memerankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita," terang dia.

Kini, menurut Arief ke depannya semua anggota polisi khususnya di Baharkam harus bekerja dengan baik, bekerja dengan benar.

"Dan ini menjadi tantangan bagi kita semuanya di tengah turbulensi perkembangan situasi yang tengah terjadi di internal kepolisian. Supaya ini menjadi bahan introspeksi kita semuanya, saudara saudara baik yang di Baharkam para pejabat utama, para direktur, diberikan kepercayaan pada pimpinan, pada negara, untuk mengelola tugas tugas dalam bidang pemeliharaan Kamtibmas," urai dia.


Arief juga berencana akan mengunjungi rumah dua orang polisi yang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan.

"Jajaran Baharkam alhamdulillah tidak ada yang melibatkan diri ataupun terlibat dalam kejadian-kejadian itu, tapi sangat prihatin dengan adanya korban di Kanjuruhan meninggal 2 orang Kamtibmas dari Tulungagung dan Polres Trenggalek. Insyaallah minggu depan atau minggu ini saya akan sambangi keluarganya bersama dengan istri saya yang kebetulan ada kegiatan juga di Polda Jawa Timur," tutur dia.

Arief juga khusus menyinggung soal soliditas. Kata dia, soliditas harus diwujudkan dengan pengelolaan organisasi yang profesional, transparan dan berkeadilan dalam semua aspek organisasi.

"Mewujudkan iklim kompetisi yang sehat dalam berkarier agar bisa menghilangkan friksi. Penerapan meritokrasi harus benar-benar diwujudkan agar yang potensial dimajukan dan yang tidak berprestasi bisa menerima dan menyadari kapasitasnya. Soliditas bukan diwujudkan dengan foto bersama, rangkul-rangkulan," tutup dia.