Ini Sosok Boenjamin Setiawan: Tukang Obat Jadi Orang Terkaya ke-8 RI

Jakarta, law-justice.co - Ada pelajaran yang bisa diambil dari kisah Boenjamin Setiawan, Pendiri Kalbe Farma, yaitu kegagalan bukan akhir dari segalanya.

Pernah gagal dalam merintis usaha, kini pria kelahiran Tegal pada 1933 silam itu malah menjelma jadi orang terkaya nomor 8 di Indonesia.

Baca juga : Yongki Komaladi: Ada Merek Lain Bakal Tutup Pabrik Susul Sepatu Bata

Forbes mencatat total kekayaan Dr. Boen, biasa ia disebut mencapai US$4,1 miliar. Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp14.095 per dolar AS, total kekayaan Boenjamin itu tembus Rp57,7 triliun.

Namun, kekayaan itu tak didapat dengan mudah. Seperti melansir cnnindonesia.com, Boen pernah jatuh bangun dalam meraih kekayaan itu.

Baca juga : Berkat Alat Deteksi BRIN, Polda Sumut Temukan Ladang Ganja 5 Hektare

Semua proses diawali setelah ia menyelesaikan studinya. Sebagai informasi, Boen muda merupakan seorang anak yang cerdas.

Ia merupakan lulusan Fakultas Kedokteran UI. Ia menyelesaikan pendidikannya di kampus kuning tersebut pada 1958.

Baca juga : Resmi, Kevin Sanjaya Umumkan Pensiun dari Badminton

Selepas itu, Boen melanjutkan pendidikan doktoralnya ke Universitas California. Usai menamatkan pendidikannya, ia mengajar di almamaternya.

Pada 1961, ia pernah mencoba mencari pendanaan untuk membiayai penelitian obat kencing manis dan darah tinggi.

Pria yang berasal dari keluarga penjual krupuk ini pun mencoba membuat proposal dan mengajukan pendanaan senilai Rp30 juta kepada pengusaha farmasi yang dikenalnya, Wim Kalona.

Wim merupakan pemilik PT Dupa. Namun malang, pengusaha itu menolak proposalnya.

Kepada Boen, pengusaha itu bilang kalau mau membuat penelitian, harus membuat perusahaan sendiri. Dari wejangan pengusaha itulah, pada 1963, Boen bersama dengan beberapa temannya mendirikan perusahaan obat bernama PT Farmindo.

Perusahaan memproduksi salep. Namun, itu hanya mampu bertahan selama 3 tahun saja.

Kurang modal dan kesulitan dalam memasarkan produk membuat perusahaan itu harus gulung tikar di usia yang masih muda.

Boen tidak menyerah. Bersama dengan saudaranya yang juga dokter, Khouw Lip Keng, Khouw Lip Swan dan Kliouw Lip Bing serta temannya ahli farmakologi bernama Jan Tan, ia patungan mendirikan pabrik obat bernama Kalbe Farma.

Jangan dibayangkan pabrik yang didirikan Boenjamin saat itu besar. Pabrik hanya didirikan di sebuah bengkel milik pasien kakaknya di kawasan Jakarta Utara.

Produk obat pertama adalah Bioplacenton. Obat ini mengandung ekstraksi plasenta dan neomycin sulfate yang bisa digunakan untuk obat luka luar, khususnya bakar.

Usaha itu berbuah manis. Produk farmasi dari luar negeri yang kalau itu memiliki harga lebih mahal dibanding lokal menjadi salah satu penunjang usahanya.