Airlangga Akui Modal SWF Rp 60 T Diambil Jokowi dari BUMN

Jakarta, law-justice.co - Pemerintah telah memutuskan untuk menaruh modal awal untuk Sovereign Wealth Fund (SWF) sebesar Rp 75 triliun. Di mana Rp 15 triliun berasal dari APBN 2020 dan sisanya Rp 60 triliun akan dilakukan dengan inbreng saham.

"Pemerintah telah membentuk Sovereign Wealth Fund atau Indonesia Investment Authority (INA) dengan modal Rp 75 triliun dan sudah disetor Rp 15 triliun dan sisanya dilakukan semacam inbreng saham BUMN," jelas Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam sebuah webinar, dilansir dari CNBC Indonesia, Rabu (27/1/2021)

Baca juga : Apa Saja Pesan Milioner Dunia Warren Buffett Untuk Anak-anak

Inbreng saham adalah transaksi pemasukan harta yang tidak dalam bentuk uang tunai dalam penyertaan modal, yang bisa juga berupa aktiva di antaranya tanah, bangunan, dan aset lainnya.

Airlangga mengklaim, pemerintah telah menemui 50 investor global untuk menjaring investasi yang bisa dikelola melalui INA. Beberapa letter of interest dari berbagai negara juga dikatakan sudah dikantongi pemerintah.

Baca juga : Ini Isi Pembicaraan Prabowo dan CEO Apple Tim Cook

"Kami sudah mendapatkan letter of interest dari US DFC, JBIC dan juga ADIA dari United Arab Emirates," tuturnya.

Dalam tahap komersial, sambung Airlangga nantinya LPI akan memiliki dua jenis pendanaan yakni master fund dan thematic fund.

Baca juga : Untuk Kerek Pertumbuhan Ekonomi 2025, Investasi Ditargetkan Rp1.906 T

Letter of interest dari International Development Finance Corporation (DFC) sebesar US$ 2 miliar, MoM dari JBIC (Japan Bank for International Cooperation) dengan potensi pendanaan di atas US$ 4 miliar, masuk dalam jenis master fund.

Sementara yang masuk dalam thematic fund di antaranya letter of interest informal komitmen sebesar lebih dari US$ 2 miliar dari CDPQ (Caisse de dépôt et placement du Québec) Kanada untuk pembangunan jalan tol. Kemudian ada pula letter of interest dari APG Belanda sebesar US$ 1,5 miliar dan Macquarie dengan potensi kontribusi US$ 300 juta.

"Jadi konsepnya adalah dua jenis fund, yaitu master fund dan thematic fund yang sektornya dibagi sesuai dengan bidang," tuturnya.

Diharapkan INA bisa mengejar ketinggalan dana abadi negara lain, misalnya Norway Gov yang telah mengelola aset US$ 1,1 miliar, China Inv Co sebesar US$1 miliar dan Abu Dhabi US$579 juta.

Sementara di Asia Tenggara, ada GIC Private Limited yang mengelola aset US$453 juta, Temasek Holding US$417 juta dan Khazanah Nasional Berhad US$20 juta.